Kamis, 13 Desember 2012

mencium bau tak sedap

kadang kita yang sudah berada dalam suatu situasi yang sama dalam waktu yang lama, tidak merasakan apa yang salah dari situasi situasi itu. Mungkin karena kita sudah merasa nyaman di dalamnya. atau mungkin kita sudah sangat terbiasa dengan situasi itu sehingga cenderung menerima, dan menolerir sesuatu yang mungkin bagi orang lain tidak benar.

Namun, apabila kita menempatkan diri sebagai orang lain yang memasuki lingkungan kita, sebagai orang luar, dia akan dapat mencium setiap ketidak beresan yang ada di keadaan itu. Namun apabila dia terpaksa harus tinggal di lingkungan yang tidak sedap itu, toh pada akhirnya dia akan dapat menerima ketidaknyamanan dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan baik. demikianlah, sehingga diperlukan orang dari luar untuk mengetahui atau menilai apa yang ada di dalam suatu kondisi.

Senin, 10 Desember 2012

merubah sudut pandang

pagi Jakarta, pagi Indonesia......

Hari ini aku menyapamu dari suasana kantorku yang masih senyap. Aku ingin bicara tentang topik sudut pandang. Bagaimana sebuah kehidupan akan terasa lain, hanya dengan merubah sudut pandang kita melihat setiap persoalan. Namun tentu saja hal tersebut tidak mudah, karena setiap manusia mempunyai sifat keegoisan yang tinggi. Mereka selalu memusatkan segala sesuatu pada dirinya saja. Jadi sudut pandang yang diambil selalu sudut pandang orang pertama, Aku! segala peristiwa selalu dikaitkan dengan bagaimana peristiwa tersebut dapat menguntungkanku, tidak merugikanku.Kata orang, manusiawi.

Tapi dengan pusat keegoan tersebut, kadang manusia sangat menderita. Terutama pada saaat keinginannya tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkannya. Lalu biasanya ia mulai mencari orang lain untuk disalahkan, atau situasi untuk disalahkan. Sekali lagi, untuk mempertahankan keakuannya yang terluka karena kekecewaan. Tetap saja, fokusnya adalah keakuannya.

Namun, pernahkan kita menemukan bahwa merubah sudut pandang dari aku menjadi kita atau melihat sesuatu dari kaca mata orang lain, akan lebih membuat kita mampu melihat bahwa dunia ini ternyata sangatlah luas, dan mempunyai berbagai kemungkinan. Cara pandang yang berbeda juga akan membuat kita mampu memahami orang lain dan memaafkannya dengan penuh kasih sayang, apabila dia menyakiti kita. Sebuah kebijaksanaan selalu memerlukan sudut pandang yang meninggalkan keakuan.(medan merdeka barat, 11 desember 2012)




Rabu, 28 November 2012

Jika Aku Bisa

Jika saja aku bisa bercerita ...
kupilih pucuk pucuk pohon cemara yang berjajar di pinggir jalan sepi itu
untuk menemani langkahku, kala angin berhembus dan langit sangatlah biru

Hidup adalah pilihan, untuk menjadi hitam, putih atau abu abu...
untuk berada di dalam, di luar atau hanya di pinggir saja..

untuk tersenyum, tertawa, cemberut, atau menangis......
untuk makan atau membiarkan perut kelaparan

Jika saja aku bisa,
aku ingin smua keinginanku terpenuhi
aku tidak ingin membuang air mata dengan percuma
aku ingin bisa melupakan dan melupakan

aku tahu bahwa manusia tidak pernah berhenti berproses
bahwa manusia dengan smua permasalahannya adalah penjalin ikatan kehidupan
jika aku bisa..
aku ingin kau ada disini, di lenganku, di pelukku

lalu semuanya ternyata tidak bermakna
bila tak diniatkan satu saja
dan smuanya akan berjalan sesuai dengan rel Nya
 (kesedihan, 29 nopember 2012)



Rabu, 31 Oktober 2012

menzalimi hati

kadang, orang menzalimi hati dilakukan oleh orang yang punya hati itu sendiri.

MULUT KITA

Sebaiknya setiap dari panca indra kita, digunakan saja seperti fungsinya sebenarnya. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk bernafas, mulut untuk bicara dan tangan untuk meraba. Penggunaannya pun sebaiknya seperlunya saja, sesuai dengan fungsinya, janganlah berlebihan. karena sesuatu yang berlebihan selalu tidak baik.

mulut kita ini, adalah pintu untuk makanan yang akan menjadi tenaga bagi aktifitas kita. mulut juga merupakan penjaga harkat kita, sebagai manusia. Buat apa bicara bila ucapan yang keluar hanya menyakiti perasaan orang saja? bukankah lebih baik diam dan menahan diri?!  Makanya ada pepatah kuno mengatakan "diam adalah emas" atau pepatah jawa mengatakan "äjining diri ana ing obahing lathi"(nilai diri kita terlihat dari ucapan kita).

Saat ini, orang cenderung banyak bicara...untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Kadang pembicaraan itu tidak perlu dan hanya memperkeruh suasana saja karena tidak diimbangi dengan pengetahuan yang baik mengenai topik pembicaraannya. Saya yakin bahwa, orang diam bukan berarti tidak tahu saja, orang diam bisa saja karena dia tidak mau bicara saat itu, bukan berarti bahwa dia tidak tahu. Mungkin malah pengetahuan dia bisa lebih banyak dari orang yang banyak bicara.

Mulut kita ini bentuknya bermacam, macam. Bagi wanita, mulut dengan stakeholdernya seperti bibir, gigi, gusi, lidah merupakan bagian penting dari kecantikan wanita, makanya sering dia berwarna merah menggoda. Mulut sebagai fungsinya, sebaiknya dipergunakan dengan sebaik baiknya untuk kebaikan tubuh kita, makan makanan yang baik baik saja dan berbicara yang biak baik pula. Insyaallah kita semua akna sehat dan selamat, dunia dan akhirat. amin. (Jakarta, 1 Nopember 2012)


Busway Oh Busway

Sebagai pengguna angkutan umum, busway merupakan jenis angkutan yang menjadi pilihan saya ketika harus pulang pergi ke kantor. Biasanya saya menggunakan busway dari terminal Pulogadung turun di  halte Monumen Nasional. Kalau saya sedang beruntung, saya bisa mendapatkan busway yang jurusan Pulogadung-Bundaran Senayan. Dengan naik busway jurusan ini, saya tinggal duduk manis dari Pulogadung sampai tujuan saya di seputaran Monas. Namun sayangnya, busway jurusan ini konon hanya berjumlah 6 (enam) ekor saja. Sehingga, saya sering kehabisan busway edisi terbatas ini dan harus naik busway jurusan Harmoni. Kalau naik busway jurusan harmoni, saya harus turun di halte harmoni dan antri kembali untuk mendapatkan busway jurusan KOta-Blok M yang melewati halte Monas. Sebenarnya halte MOnas adalah halte setelah halte Harmoni, jadi cukup dekat. Namun mengingat banyaknya orang yang kerja di kantor-kantor sepanjang jalan Thanmrin dan Sudirman, maka mau tidak mau...saya harus antri menunggu lumayan panjang untuk mendapatkan busway rute ini. Untunglah rute Blok M-Kota merupakan rute pioneer yang selain banyak peminat, juga dilayani oleh armada yang cukup banyak, sehingga walaupun antrain panjang, kita tidak harus menunggu lama.
Kembali ke busway yang berangkat dari terminal Pulogadung, dimana setiap hari saya naiki. JUmlah Busway jurusan Bundaran Senayan yang hanya 6 ekor itu berangkat dari terminal Pulo Gadung pada range jam 7-8 pagi. Namun tepatnya jam berapa saja mereka jalan, tidak ada waktu yang pasti. Saya pernah sampai terminal sebelum jam 7 pagi, namun busway jurusan Bunsen (Bundaran Senayan) pertama nonggpl pukul 7.30 pagi. Saya juga pernah sampai treminal jam 7.30 pagi, eeh..katanya busway Bunsen sudah jalan semua, habis. Tapi saya juga pernah datang pukul 7.45 namun masih beruntung mendapatkan busway Bunsen terakhir, alhamdulillah.

Saya kadang iseng memperhatikan bahwa penumpang busway pada pagi hari  itu ternyata berbeda penampilannya pada jam pemberangkatan yang berbeda. Pukul 7-8 pagi didominasi oleh mbak mbak para pekerja kantoran yang kebanyakan beraktifitas di sekitar Sudirman Thamrin. So...baju rapi cenderung modis, wangi dan cantik memenuhi busway jam tersebut. Namun apabila waktu sudah menunjukkan pukul 8 ke atas, penumpang busway dari Pulogadung mulai dinaiki oleh para pekerja sektor informal dengan penampilan yang tentu berbeda dengan range waktu sebelumnya, meski pada saat itu masih ada saja pekerja kantoran, namun tidak terlalu banyak, karena waktu yang sudah siang.

Busway Pulogadung memiliki beberapa pramudi(sopir) perempuan. Saya
mengagumi para mbak-mbak yang memilih profesi ini. Mereka adalah wanita yang beraktifitas di profesi yang  biasanya menjadi domain para lelaki. Wanita cantik yang membawa bus besar berisikan puluhan nyawa manusia dengan baik dan selamat, menurut saya adalah "sangat sexy".

Space khusus untuk perempuan di separo badan bus bagian depan merupakan salah satu alasan mengapa banyak wanita menjatuhkan pilihan favorit kepada busway dalam menuju tempat aktifitasnya. Rasa aman merupakan faktor penting bagi wanita pengguna transportasi umum. Tentu saja, meskipun harus berdesakan berdiri, para wanita tidak terlalu kawatir adanya copet mengincar bawaanya atau adanya para pengamen yang separo mengancam sebagaimana di bus angkutan umum lainnya.

Namun, cerita indah mengenai busway akan berubah total saat saya pulang kantor di sore hari. Dengan tubuh capai setelah  seharian bekerja di kantor, saya harus antri lumayan lama di halte Monas menunggu busway yang akan mengantar saya ke Pulogadung. Sekmen penumpang yang tercampur di sore hari membuat antrian busway yang cukup panjang menyesaki halte Monas. Kadang saya harus berdiri berdesakan sekitar 1(satu) jam untuk menunggu busway. Biasanya busway yang mencapai halte monas selalu dalma kondisi sudah penuh sesak, sehingga hanya dapat mengangkut dua atau tiga orang penumpang tambahan saja. 

Kami terkadang iri dengan penumpang di sebelah yang menuju blok M. Busway ke Blok M lebih banyak 7x lipat dibanding Pulogadung. 7x busway jurusan Blok M datang, hanya sekali busway Pulogadung lewat, itupun dengan kondisi sudah penuh sesak. So...andaikan bisa terbawa masuk, biasanya kami harus bersiap untuk menambah jam berdiri dan berdesakan kami lagi. Kalau saya beruntung, saya kadang bisa dqapat tempat duduk satu halte sebelum pulogadung. Kalau tidak beruntung ya..berdiri sepanjang jalan sampai Pulogadung.

Kadang saya merasa bahwa faktor keberuntungan saya hari itu berkaitan erat dengan busway. Kadang saya merasa sangat gembira karena beruntung mendapatkan busway saat saya baru tiba di terminal pulogadung, apalagi kalau dapat tempat duduk. Namun kadang saya juga harus rela untuk menunggu lebih dari 30 menit untuk menunggu busway datang.

Namun apapun cerita saya mengenai busway, saya memang tidak mempunyai pilihan lain selain menerimanya, karena busway adalah moda transportasi umum yang murah dan aman yang akan membawa saya ke tempat tujuan saya.  Cerita saya adalah cerita yang sama dengan ribuan pengguna busway lainnya. Saya hanya berharap bahwa manajemen Trans Jakarta dapat meningkatkan pelayanannya kepada para penumpang. Khususnya adalah menambah jumlah armada yang beroperasi pada jam-jam sibuk orang pulang kantor di sore hari. Sehingga penumpang yang kebanyakan harus mengambil angkutan lain sebelum sampai rumah, dapat segera bertemu dengan keluarganya kembali dengan aman dan selamat. (cakung, 1 nopember 2012)






Senin, 01 Oktober 2012

melihat pagi

pagi ini...
kulihat orang berbaju kumal tergeletak di pinggir parit jalanan berbual dengan rerumputan...
sementara lalu lintas tak getas mengantar  beraktifitas

pun...kulihat orang tergeletak lagi...
di emperan toko...
berbaju kumal, tak peduli pada langkah langkah kaki yang melintas pergi...

kehidupan dengan segala urusannya
melupakan mereka mereka yang hanya tergeletak di kolong langit saja
tak punya tempat berteduh...
tampaknya mereka juga tak peduli untuk mengeluh...

diri melihat lihat hati..melihat lihat diri
syukur kupanjatkan padaNya Ilahi
semalam aku mempunyai selimut hangat untuk tidur
dan rumah tuk berteduh..
bajukupun cukup bersih meski tak lagi baru

pagi ini...
syukurku dan doaku...
semoga smuanya dalma lindunganNya
dalam setiap aktifitasnya
(cakung, 2-10-2012)



Selasa, 31 Juli 2012

TENTANG KAKEKKU

Saya memiliki 3 kakek. Ayah dari bapakku, ayah dari ibuku dan suami dari nenekku. Nah...dari mereka itu, hanya ayah dari bapakku yang aku belum pernah bertemu, hanya fotonya saja yang dapat saya lihat, setia terpampang di dinding kamar bapakku.

Ayah dari bapakku ini dulu adalah petani merangkap pedagang tembakau, bila musim tembakau tiba. Orang bilang, beliau itu "juragan tembakau". Rumah kami yang terbuat dari kayu sering dipergunakan untuk menyimpan tumpukan tembakau yang termuat dalam keranjang-keranjang, sebelum disetorkan ke boss nya kakeknya yang tinggal di Purwokerto, demikian konon cerita dari bapak.

Kakekku meninggal sebelum aku lahir waktu itu, bahkan sebelum bapakku mengenal ibuku. Tapi dari foto tuanya, aku bisa membayangkan bahwa kakek dulu adalah seorang pria tampan yang berperawakan tinggi di masa mudanya.

Berdasarkan cerita dari bapak, Mbah Sastro -nama kakekku itu- adalah pedagang tembakau pekerja keras dan jujur. Jarak dari Kendal ke Purwokerto tergolong lumayan jauh, ditempuh dengan kereta yang ditarik sapi, untuk membawa tembakaunya. Entah berapa lama perjalanan yang ditempuh saat itu dengan jarak yang saat inipun harus ditempauh 5 jam dengan kendaraan bermotor.

Bapak pernah cerita juga mengenai 'jaman rampokan" yang dilewati kakek dengan selamat. Pada masa itu, perampok sangat banyak berkeliaran dimana-mana sehingga orang yang memiliki harta barang sedikitpun, tak luput dari perampok itu. Namun kakekku dapat mempertahankan amanah tembakau yang tersimpan di dalam rumah, sehingga ketika jaman telah tenang kembali, kakek mengirimkan tembakau tersebut utuh kepada boss nya. Tentu saja boss dari kakek sangat terkejut karena tidak menyangka bahwa tembakaunya  tetap utuh terjaga. Bisa saja kakekku menjual tembakau itu dan melaporkan telah dirampok orang. Namun kakekku tidak mau melakukan tindakan tidak terpuji tersebut.

Kakekku juga sangat sederhana orangnya. Beliau pernah ditawari oleh bossnya untuk mengubin lantai rumahku, dengan dibiayai oleh bossnya. Namun dengan rendah hati kakekku menolaknya, karena dia merasa sebagai petani, dia tidak layak punya rumah yang berlantai ubin seperti para juragan petinggi itu. Lantai dari bata merah yang ditata dianggap sudah cukup bagi kakekku.

Menurut Bapak, kakekku bukan termasuk petani yang kaya pada mulanya, namun dengan kerja kerasnya, kakek berhasil memindahkan rumahnya ke pinggir jalan raya. Tentu saja, di rumah besar itu, banyak saudara dan keponakan yang membantu dan tinggal di rumah. Jadi rumahku jaman itu selalu ramai banyak orang. Ditambah lagi dengan anak kakekkku yang berjumlah 11 orang. Meski kemudian hanya 5 yang masih hidup sampai dewasa dan menikah.

Aku berusaha membayangkan suasana rumahku saat itu, yang pastinya hangat dan ramai dengan canda tawa, meski dengan kesederhanaanya. Tentu saja, pemikiran orang jaman dulu masih sangat sederhana dan tidak banyak menuntut. Apabila telah cukup makan sehari-hari, cukuplah sudah.

Jaman telah berganti dan suasanapun demikian. Sebagai generasi penerus dan keturunannya, yang dapat saya lakukan adalah selalu mendoakan beliau, semoga Beliau tenang di sisiNya. amien.

Kamis, 26 Juli 2012

Renungan Indah-WS Rendra

Ketika semua orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipanNya
Bahwa rumahku hanyalah titipanNya
Bahwa hartaku hanyalah titipanNya
Bahwa putraku hanyalah titipanNya
Tetapi mengapa aku tidak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus aku lakukan untuk milikNya itu???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipanMu itu diminta kembali olehNya
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujianN
Kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut iru sebagai panggilan apa saja
Untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta. Ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas,
Dan
Kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keasilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika.
Aku rajin beribadah, maka
Selayaknyalah derita menjauh dariku,
Dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakykan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
Dan menolaj keputusanNya yang tidak sesuai keinginanku
Allah..., padahal setiap hari kuucap
Hidup dan matiku hanya untuk beribadah
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

Syiir Tanpa Waton-Gus Dur





أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا     *    أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا     *       وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا
ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ      *    يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ      *   ( يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)
Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)
Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)
Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)
Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)
Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)

a

Rabu, 25 Juli 2012

Bunga Wamena




Bunga Wamena adalah bunga yang banyak tumbuh di lembah Wamena, Papua.  Saya kurang tahu pasti apakah bunga ini hanya tumbuh di daerah wamena saja, atau di tempat lain juga ada. Namun bunga yang berwarna-warni cerah ini termausk golongan bunga yang bisa bertahan beberapa lama. Ada yang menyebut bunga ini dengan "bunga kertas", ada juga yang menyebutnya sebagai "bunga cinta abadi"karena sifat bunga itu yang tahan lama. Katanya sih di pasar wamena, banyak orang yang menjual bunga indah ini.


Pertama kali saya terpana dengan bunga ini adalah ketika awal tahun 1995 saya berkunjung ke rumah tante saya, dan dia meiliki rangkaian bunga tersebut di rumahnya. Sejak saat itu, bunga ini telah menawan hati saya yang membuat saya ingin memilikinya. Tapi, darimana saya mendapatkan bunga yang katanya hanya ada di lembah Wamena ini saja?


Crita punya cerita, pada tahun 2005, pada waktu saya mengikuti diklat, teman satu diklat saya timggal di Jayapura, Papua. Saya menceritakan mengenai keinginan saya untuk memilliki bunga Wamena tersebut. Setelah diklat selesai, tiba-tiba saya mendapatkan kiriman dari Papua, satu box kayu kecil yang berisi seikat besar bunga wamena segar yang warna-warni. Malah waktu itu belum banyak yang mekar. Serasa meloncat senang hati saya mendapatkan kiriman itu. Akhirnya keinginan saya yang sepertinya tidak mungkin itu, menjadi kenyataan. Saya bagi keindahan bunga ini dicatatan ini agar semua orang dapat menikmatinya.





Selasa, 24 Juli 2012

proses

apakah pernah menikmati sebuah puncak tanpa merangkak pada anak tangga? apabila iya, berarti anda dibawa oleh helikopter dan dijatuhkan di sebuah puncak, begitu saja. seperti memasang bendera pada sebuah tumpeng 17 an.

satu-satu tangga yang harus dilewati untuk menuju puncak adalah sebuah penghayatan. merasakan bagaimana ketika kaki berhasil menapak pada tangga di atasnya.sensasi yang tidak sama. apabila saya telah mencapai tangga ke 10, itu berarti saya telah merasakan tangga ke 1sampai 9. meski tentu saja, kadang tantangan setiap tangga itu sangat berat, bahkan ancaman untuk terjatuhpun semakin nyata. tapi tetap saja,tidak mungkin khan kita berhenti di tengah?

saat mencapai puncak, dia hanyalah nol. tidak terasa. sensasi justru hadir ketika mencapai angka 9. sebuah keberhasilan sejati. makanya banyak orang lebih suka angka 9 daripada 10.


terpaku

di ujung ini,
aku melihat waktu bergerak pelan nan cepat

lalu tiba-tiba bayi telah menjadi remaja
sedangkan aku masih di ujung ini, menyaksikannya

(cikini, 24 juli 2012)

rindu

Kau tak pernah tahu
bahwa hatiku sangat merindu
pada tembang malam yang akan aku nyanyikan untukmu
yang bait-bait syairnya telah aku tuliskan pada lembar hari-hariku

pada tangis yang hanya tersedak di dada saja
pada tangan yang menggapai hampa

dalam keyakinanku, tetap rindu ini
merangkai sebuah pilu

perjalanan ini akan aku tempuh
sambai batas waktuku
menuju horizon, mendapatkanmu

(cikini, 24 juli 2012)


ketika aku tersungkur



merasa bahwa tali temali ini sangat kuat menarikku
dan dia juga mengikatku
dalam kelemahan, aku hanya meratap

meratapi Rumah itu, yang kurindu selalu, tetapi serasa sangat jauh
meski harumnya masih sangat kental di hatiku

aku gelisah,
pori pori nafasku sangat resah

aku merinduMu
tapi tali temali ini telah mengikatku pada pohon tak berdaun

dan bau tanah ini begitu merangsangku untuk marah

sementara lututku telah terseret dan luka
diantaramu aku menggapai

dan hanya hatiku yang bisa mengulurkan tangannya
untuk menarikku, meluruskan kaki kakiku
berdiri melihat malam
meski hanya dari pinngiran kali kering
yang membawa aroma sampah basah

aku ingin kembali padaMu
bergelut dengan malam-malam penuh lirih
kemesraan kita

ijinkan aku,ijinkan.....(Cikini, 24 juli 2012)




Menyaksikan Sendratari Ramayana









Hari Kamis tanggal 19 Juli 2012, saya berkesempatan untuk menyaksikan Sendratari Ramayana di Open Air Theater, Candi Prambanan. Pertunjukan yang berlangsung selama 2 jam tersebut cukup menarik dan mendapatkan penonton yang lumayan banyak (lebih dari 50% kursi terisi). Sebagian besar penontonnya adalah turis-turis asing yang datang bersama dengan pemandu wisatanya. Agaknya menonton sendratari tersebut merupakan salah satu paket wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan di Yogyakarta. Biasanya menonton sendratari tersebut satu paket dengan santap malam sebelum pertunjukan di Prambanan Garden Restoran yang terletak di dalam komplek teater terbuka candi prambanan tersebut. Dengan latar belakang pemandagan Candi Prambanan, para pengunjung disajikan berbagai masakan tradisional jawa dengan iringan musik jawa melalui kaset.

Pertunjukan yang dimulai pukul 19.30 WIB tersebut memiliki berbagai kelas dengan kelas tertinggi yaitu VIP Class seharga Rp. 300.000, selanjutnya diikuti dengan beberapa kelas di bawahnya. Untuk penonton kelas VIP, bangku beton permanen dilengkapi dengan kursi sofa tipis. Selain lokasinya yang terdepan, penonton VIP juga akan menerima sovenir dalam tas kertas berisi patung tokoh dalam sendratari tersebut. Pada saat break time, penonton VIP juga akan disajikan kopi dan teh serta makanan kecil. Break time biasanya dilaksanakan setelah 1.5 jam pertunjukan, setelah adegan anoman membakar Alengka. Pertunjukan akan diteruskan 30 menit lagi sebelum penutup.

Sebenarnya, keinginan untuk menonton Sendratari Ramayana tersebut sudah ada sejak saya masih kuliah di Semarang, hampir 18 tahun yang lalu Namun saat itu pertunjukan hanya berlangsung saat bulan purnama saja, sehingga untuk dapat menyaksikannya, harus menyempatkan diri datang ke Yogyakarta pada waktu bulan purnama. Namun ternyata saat ini pertunjukan sendratari ramayana tersebut telah mempunyai jadwal yang tetap setiap bulannya seminggu 3x. Untuk pertunjukan di Open Air Theater, dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober. Sedangkan pada bulan Januari-April dan November-Desember pertunjukan dilaksanakan di Trimurti Teater yang berada di Komplek yang sama, namun tertutup, mengingat pada bulan-bulan tersebut biasanya musim penghujan. Bagi turis-turis asing, disediakan sinopsis cerita dalam berbagai bahasa antara lain: Inggris, Jepang, Cina, Belanda, Jerman dll.

Cerita dimulai ketika Rama beserta istrinya Shinta dan ditemani oleh Laksmana dibuang ke hutan. Di hutan, Shinta tergoda dengan kelincahan Kijang emas yang merupakan penjelmaan rahwana. Karena ingin memenuhi permintaan istrinya, Rama yang disusul oleh Laksmana berusaha untuk menangkap kijang tersebut, namun ketika pulang mendapati Shinta sudah hilang. Dalam upaya untuk merebut Shinta dari tangan Rahwana, Rama dan Laksmana dibantu oleh anoman dan pasukan kera, serta garuda yang melihat Shinta diculik Rahwana. Ketika Shinta telah dapat direbut kembali oleh Rama, unutk membuktikan kesuciannya , Shinta melakukan bakar diri dan api tidak dapat membakarnya. Akhirnya Rama dan Shinta hidup bahagia selamanya.



Rabu, 20 Juni 2012

Menunda

Kebiasaan jelek ini, memang sangat mudah dilakukan, tetapi berakibat buruk. Karena menunda menger jakan tanggung jawab sama dengan menumpuknya di akhir.

Pada akhirnya harus dilakukan juga. Itu apabila pekerjaan atau kegiatan yang tidak punya batas waktu. Namun apabila ada batas waktu yang harus dipenuhi, ini berarti melakukan sesuatu dengan apa adanya dan hasil yang tidak memuaskan. Karena melakukan sesuatu di akhir batas waktunya membuat kita tidak mampu untuk melihatnya ulang dan menyempurnakannya. Dan hasil yang jelek harus diterima, apabila semuanya dikerjakan hanya apa adanya saja.

Bagaimana dengan menunda kewajiban seperti beribadah sampai batas akhirnya? bukannya kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah begitu panggilan waktunya masuk? selain sudah lagi tidak terbeban, juga kita akan punya banyak waktu apabila akan melakukannya dengan lwbih khusu'. Tapi sekali lagi, godaan untuk menunda nunda memang sangat menggoda. Dan salah satu hal adalah apabila kita sedang asyik mengerjakan sesuatu. Biasanya kita ingin menyelesaikannya terlebih dahulu baru melaksanakan kewajiban.

 Namun, bagaimana kalau kita tidak lagi punya waktu untuk melakukan hal-hal yang kita tunda tersebut. Bagaimana kalau kita dipanggil saat masih ada hal-hal yang belum kita lakukan? penyesalan, sekali lagi, penyesalan pasti akan selalu menghatui kita. So, jangan menunda-menunda melakukan suatu kebaikan. ( Jakarta, 21 Juni 2012)

Senin, 18 Juni 2012

Burung Bangau

Pagi ini, saya melihat burung bangau, terbang sendiri di langit atas rumahku. Sebagai orang yang hidup di wilayah bernama Jakarta, melihat burung bangau terbang melintas adalah hal yang sangat langka tentunya. Bentuk anggunnya segera dapat dikenali ketika dia melintas langit. Tak lama kemudian, sekelompok burung yang sama saya lihat melintas juga di langit. Kali ini berjumlah 5 ekor. Bahagianya melihat burung-burung itu kembali setelah sekian lama.

Hal ini terkait dengan pengalaman masa kecil saya yang pernah lihat burung bangau tong-tong untuk yang pertama kalinya di sawah kami. Saat itu saya masih kecil dan diajak bapak menengok sawah kami yang jauuuuh sekali dari rumah. Sepetak kecil sawah tersebut memang selalu ditanami padi karena irigasi yang lumayan bagus di daerah tersebut. Saat itulah saya melihat burung bangau tong-tong sedang mengangkat salah satu kakinya. Melihat burung yang berukuran lumayan besar berwarna putih itu di habitat liarnya, memang memberikan kesan tersendiri buat saya, kala itu dan sampai sekarang.

Setelah hampir 30 tahun berlalu, saya kembali melihat burung itu melintas di habitat liar. Kenangan tentang indahnya masa kecil bersama Bapak kembali datang. Itulah yang kemudian memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya pagi ini. Saya rasa, kenangan masa kecil merupakan fondasi kuat untuk kebahagiaan kehidupan masa -masa datang. Hal yang bagi orang lain biasa, bisa menjadi luar biasa bagi orang lainnya, karena adanya pengalaman yang mendasarinya melihat suatu peristiwa dan suatu benda. Seperti kejadian saya pagi ini melihat burung bangau terbang. 

Sabtu, 16 Juni 2012

Bersyukur: Pengalaman Operasi Kista Endometrium


Hari ini saya ingin menuliskan rasa syukur saya atas karuniaNya yang luar biasa kepada saya. Juga atas dukungan dan kasih sayang yang saya peroleh dari semua pihak atas apa yang saya alami saat ini. What's up with u Dyah? ya, karena saya baru saja mengalami hal yang sangat berat dalam kehidupan saya, "operasi".

Hari ini saya masih di rumah sakit, menjalani perawatan penyembuhan atas operasi yang saya alami. Operasi penghilangan kista endometrium yang saya punya yang saya lakukan pada tanggal 11 Juni 2012 kemarin. Keputusan untuk melakukan operasi ini mau tidak mau harus saya ambil, karena sejak bulan Desember 2011, saya mengalami hari-hari yang sangat berat ketika mengalami periode menstruasi. Dyah yang setiap harinya berjalan dengan cepat dan gagah, harus menjadi dyah yang sangat hati-hati menggerakkan satu persatu kakinya. Yang saya rasakan, tidak dapat tergambarkan. Selain perut yang sangat sakit dan kaki yanng sangat pegal, sepertinya isi di dalam perut saya terlepas satu persatu dari tempatnya. Kadang ketika di kantor, saya suka diam-diam menyelinap di ruangan pimpinan saya untuk sekedar duduk di sofa tamu, menyelonjorkan kaki barang sejanak, ketika masa menstruasi datang.

Sebenarnya saya sudah dijadwalkan untuk operasi kista ini pada awal bulan Pebruari 2012 oleh dokter. Tapi selalu saja saya merasa tidak siap untuk melakukan tindakan itu. Saya masih berharap bahwa kista itu akan hilang dengan sendirinya ketika saya meminum berbagai ramuan atau obat herbal yang mengklaim dirinya dapat menghilangkan kista.

Keputusan untuk segera menghilangkan kista ini adalah saat saya melakukan perjalanan dinas ke luar negeri pada awal bulan Mei 2012 dan saya mendapatkan menstruasi yang lebih awal dari jadwal seharusnya. Jadi selama menempuh penerbangan yang panjang dan berbagai aktifitasnya, saya berjuang untuk menahan rasa sakit yang amat sangat. Jadi ketika saya mendarat di Jakarta dan dijemput oleh suami saya, kalimat pertama yang saya keluarkan adalah "mas, saya mau operasi saja!'

Akhirnya saya kembali ke dokter saya dan menyatakan diri siap untuk dioperasi. Selama kehidupan saya, ini adalah pengalaman ketiga saya masuk rumah sakit. Pertama ketika kelas 4 SD, saya harus dioperasi amandel di rumah sakit Dr. Karyadi Semarang. Kedua pada tahun 2011, ketika saya harus mondok seminggu di rumah sakit Budhi Jaya di Jakarta karena keguguran. Dan sekarang, pada bulan Juni 2012 ini, karena operasi kista endometrium.

Sebenarnya keberadaan kista di perut saya sudah terdeteksi sejak tahun 2001, tak lama setelah saya keguguran. Namun kepastian keberadaannya diketahui pada tahun 2005, waktu itu dinyatakan kista saya berdiameter 4 cm dan berada di indung telur bagian kanan. Pilihan yang diberikan dokter waktu itu ada 2, pertama untuk operasi, kedua adalah dengan memberikan obat untuk menghentikan menstruasi dengan harapan bahwa kista akan mengecil dengan sendirinya.

Saya memang sering berpindah pindah dokter kandungan. Setiap ada saran dari teman dan saudara tentang dokter yang direkomendasikan bagus untuk menolong orang yang belum punya keturunan seperti saya, saya datangi. Dan setiap USG, smua dokter sebenarnya berkata hal yang sama, bahwa saya memiliki kista endometriosis di bagian kanan indung telor saya, walaupun untuk ukuran berbeda beda. Segala prosedur penanganan infertilitas sudah saya coba, termasuk inseminasi. Pada awal tahun 2012, saya memutuskan untuk memulai program bayi tabung, mengingat usia saya yang sudah diambang batas, dengan usia perkawinan 13.5 tahun.

Namun lagi-lagi dokter menemukan hal yang sama di perut saya, dan untuk memulai program, saya harus menjalani operasi dahulu, waktu itu kista saya terdeteksi berdiameter 8 cm. Ketika saya dirujuk ke dokter yang menangani saya sekarang ini, kista saya diukur 7.5 cm di awal tahun 2012. Ketika bulan Juni 2012 saya kembali lagi ke dokter dan siap utuk operasi, ditemukan hal baru mengenai kondisi saya, dikatakan kista saya 7.5 cm di INDUNG TELUR BAGIAN KIRI dan 3.5 cm di indunng telur BAGIAN KANAN!

Tentu saja saya sangat terkejut, karena dari tahun 2005 saya mengetahui memiliki kista, dia berada di bagian kanan, bukan kiri. Indung telur bagian kiri saya selama ini saya pikir bersih, dan dari indung telur yang kiri inilah saya berharap akan mengeluarkan telur-telur yang sehat untuk memberikan saya bayi yang saya tunggu-tunggu selama ini. Akhirnya saya diminta untuk USG di RSCM, hasilnya lebih mengejutkan lagi, bahwa ternyata kista saya berdiameter 11 cm dan berada di sebelah kanan! di kiri ada, 3.5 cm.

 Saya pernah menanyakan kepada dokter yang mengUSG saya di RSCM, kenapa kok kista bisa berubah-ubah lokasi. Dikatakan bahwa kadang sudut pengambilan ketika USG bisa mempengaruhi lokasi. Tapi lokasi di kanan maupun kiri tidaklah penting, "yang penting, ibu punya kista 2 buah!". Sebagai orang awam, terus terang saya tidak dapat membaca hasil USG yang ditunjukkan kepada saya, menurut saya, bagian yang ditunjukkan sebagai kista, warnanya tidak begitu beda dengan lingkungan sekitarnya. Jadi saya menyerahkan saja semuanya "pada ahlinya" ketika mendeteksi isi perut saya ini.

PERSIAPAN OPERASI

Akhirnya pada hari minggu tanggal 10 Juni 2012 sore, saya dengan diantar suami dan saudara saudara pergi ke rumah sakit ibu dan anak yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari rumah saya untuk persiapan operasi yang dijadwalkan dilakukan pada pukul 6 pagi keesok harinya. Mulai malam minggu, saya sudah diminta untuk meminum 2 tablet obat pencahar, dan diminta untuk PUASA BICARA. Jadi ketika malam itu, adik saya dan anaknya beserta suami, ibu mertua dan pembantunya datang dari Purwokerto, saya hanya bisa menyapa dengan bahasa isyarat. Demikian juga ketika 2 Bulik saya datang dari Kudus tidak lama kemudian, saya tidak dapat bicara menyatakan kegembiraan dan rasa terima kasih saya atas kedatangan mereka mereka yang khusus mendukung saya dalam melaksanakan operasi ini.

Dukungan keluarga ini merupakan hal yang diluar dugaan saya yang sangat saya syukuri dalam saya melaksanakan operasi ini. Tanpa mereka, saya tidak akan dapat setabah ini dan setenang ini menjalaninya. Bahkan Adik kandung bapak saya yang sudah berusia 77 tahun pun beserta istrinya mengkhususan diri datang dari Batang Jawa Tengah, untuk menunggui operasi saya. Rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan atas smua dukungan ini. Belum lagi bulik, kakak dan saudara saudara lain yang mengirimkan SMS dukungan karena tidak dapat datang ke Jakarta. Maupun doa-doa yang dikirimkan khusus kepada saya melalui berbagai forum pengajian maupun pertemuan keluarga agar operasi saya ini berjalan lancar. Alhamdulillah rasa syukur yang tidak terkira saya ucapkan sekali lagi.


Minggu malam ketika saya sudah mempersiapkan diri untuk operasi Laparskopi, saya kembali diberi sebotol obat pencahar yang harus saya minum. Pukul 2 pagi, smua isi perut saya keluar dengan lancarnya karena sejak hari minggu saya membatasi asupan makanan saya dengan bubur saja. Namun untuk memastikannya, pada jam 2 malam itu, suster rumah sakit kembali memberikan 2 botol obat pencahar yang dimasukkan lewat dubur. Aduuh, rasa mulas yang amat sangat saya rasakan, tidak lama setelah 2 botol obat pencahar tersebut masuk perut saya. Permintaan untuk menahan rasa mulas selama 10-15 menit tidak saya patuhi, saya hanya bertahan 2 menit sebelum kembali lari ke kamar mandi. Benar-benar luar biasa mulas!.

Pukul 5 pagi, saya dibangunkan oleh suster untuk mandi dan diberi baju operasi, yang ternyata berupa  baju daster batik berwarna coklat! Tidak saya sangka bahwa baju operasi saya adalah baju batik! he he he, sangat cinta Indonesia. Kedua bulik saya yang menemani saya tidur di rumah sakit menyarankan saya untuk keramas sekalian, karena tidak tahu kapan akan ada kesempatan untuk kembali keramas setelah operasi. Lagipula menyirami kepala dengan air pada dini hari paling tidak memberikan semangat dan kesegaran tersendiri. Pada waktu saya masuk ke kamar persiapan operasi, suami dan keluar yang lain satu-satu memberikan dukungan kepada saya dan mendoakan agar semuanya berjalan lancar, termasuk keponakan saya yang berusia 2 tahun 1 bulan, Shifa.

Selama di ruang perawatan sebelum operasi, saya diinterview mengenai riwayat penyakit saya, sekaligus menjelaskan apa yang akan saya alami selama operasi dan sesudahnya. Prosedur laparaskopi dijelaskan bahwa dalam perut saya akan dimasukkan udara untuk mempermudah alat laparaskopi bergerak. Saya juga diberitahu bahwa saya akan ditahan di ruang pemulihan selama 4 jam setelah operasi. Saya juga akan Selanjutnya setelah semua dinyatakan siap, saya dipersilahkan untuk naik ke meja operasi dan disuntikkan obat bius melalui saluran infus.

Pada saat saya tersadar pukul 13.30 WIB, saya merasa seperti baru bangun tidur siang saja. Saat saya diminta pindah ke tempat tidur dorong yang akan membawa ke kamar perawatan, saya baru tahu bahwa saya itu baru saja di Laparatomi, bukan di Laparaskopi! Tentu saja saya agak bingung dengan kenyataan tersebut. Nggak salah nih?!

PASKA OPERASI

Ketika saya sdh memasuki ruangan perawatan, saya segera mendapati teman-teman kantor dan saudara -saudara yang sudah berada di dalam sana, memberikan dukungan. Ketika ditanya "bagaimana rasanya?" saya menyatakan bahwa saya tidak merasa apa-apa, dalam arti tidak ada rasa sakit dari luka operasi saya, atau mungkin karena masih terpengaruh anastesi ya? masih terpengaruh obat bius.

Ternyata orang akan operasi maupun habis menjalani operasi itu tidak boleh terlalu banyak bicara! Kalau sebelum operasi, saya tahu aturan tersebut karena memang dipesan oleh dokter untuk puasa bicara. Namun tidak ada yang kasih tahu saya tidak boleh banyak bicara setelah operasi. Alhasil ketika  banyak teman datang menjenguk dan saya bicara banyak, setelahnya saya mengalami mual dan muntah. Katanya akibat udara masuk ke dalam perut. Setelah operasi seharusnya udara keluar dari perut, bukan masuk lagi.

Urusan udara perut ini, saya merasa bersyukur bahwa sekarang orang yang menjalani operasi tidak harus menunggu kentut dulu baru bisa kemasukan air dan makanan. Setelah dokter menempelkan steteskop di perut saya dan mendapati aktifitas usus, saya sudah mulai boleh minum air putih dan 2 jam kemudian makan bubur sumsum. Bayangkan kalau saya harus menunggu kentut dulu baru boleh makan, bisa kelaparan semalaman setelah operasi saya, karena saya baru kentut keesokan harinya.

Pada dokter yang visit saya keesok harinya, saya bertanya kenapa saya tidak merasakan sakit apapun di luka bekas operasi saya, tidak seperti cerita orang orang mengenai sakitnya paska operasi caesar. Ternyata katanya, setiap orang punya tingkat ketahanan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda. Keadaan saya ini mungkin bagi orang lain sudah luar biasa sakit, sedangkan bagi saya, biasa saja.

Saya juga bertanya kepada dokter kenapa saya yang katanya mau di laparskopi kemudian di laparatomi?! Menurut dokter, pada saat akan melakukan operasi, prosedur dasarnya adalah perut harus diraba secara manual. Ketika diraba, ternyata dokter menemukan benjolan yang sangat besar, sampai ke rongga dada. Sehingga dengan kondisi tersebut, dokter segera menghubungi suami saya untuk meminta persetujuan operasi laparatomi. Tentu saja suami saya menyerahkan kepada dokter yang terbaik yang bisa dilakukan.

Nah, barulah saya tahu bahwa selama ini saya membawa kista endometrium berdiameter 20 cm di dalam perut saya sebelah kiri! Selama ini saya selalu mengira bahwa endometrium saya sebelah kiri sehat dan baik2 saja. Saya berharap dari endometrium sebelah kiri itulah saya berharap mendapatkan telur2 yang sehat untuk dibuahi.

Rasa syukur yang tidak terkira saya haturkan atas smua mukjizat ini. Apabila saya tahu bahwa saya membawa kista sebesar itu dalam perut saya, saya pasti akan stres dan sangat kacau. Tidak terdeteksinya ukuran kista yang sebenarnya sampai masa operasi merupakan skenario yang Allah SWT gariskan untuk saya. Juga ketika mulai bulan Desember 2011 yang lalu saya merasa kesakitan pada saat menstruasi, juga merupakan pengingat kepada saya. Saya pernah merasa sakit di sebelah kiri perut saya, saya menganggap jangan-jangan saya menderita penyakit ginjal? namun saat saya tanya tanda-tanda orang mempunyai penyakit ginjal kepada teman saya yang baru saja operasi ginjal, saya merasa bahwa tanda-tanda itu berbeda. Namun keberadaan kista ini memang sama sekali di luar perhitungan saya.

Saya berharap bahwa penghalang saya hampir 14 tahun belum mempunyai keturunan telah terangkat dan saya segera mempunyai keturunan setelahnya. Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang. (Jakarta, 16 Juni 2012)






Kamis, 07 Juni 2012

SHIFA, BERPOSE SI "BOLANG"



Shifa adalah nama keponakanku, dia sekarang berumur 2 tahun 1.5 bulan. Kadang kepandaian, spontanitas dan kelucuan seorang anak benar-benar membuat kita terkesima. 

Ini adalah Shifa dengan pose Si bolang, salah satu serial TV yang disukainya. Memang menjadi Si Bolang berarti dia adalah anak yang  dekat dengan alam, yang tidak manja dan siap untuk berkotor ria dan beraktif ria. Tapi siapa yang tidak jatuh hati dan gemas dengan anak yang cerdas dan lincah seperti ini? Inilah dia, Shifa dengan salah satu pose menggemaskannya. (Jakarta, Juni 2012)

Keramik Kuno di Rumah Kuno




Rumah eyang buyut dari suamiku di Surabaya  termasuk golongan bangunan kuno.  Meskipun saat ini rumah tersebut terletak di lingkungan pasar yang sesak di Surabaya lama, namun sisa-sisa kemegahannya masih terlihat jelas.

Hal yang membuatku tertarik terhadap rumah itu adalah adanya keramik-keramik bergambar kuno yang menempel di tembok teras rumah maupun ruang tamunya. Setiap kali saya kesana, tak bosan saya memandangi keramik tersebut. Melalui keramik itu, seakan tersimpan aura selera pemilik asli dari rumah yang dibangun tahun 1800 an tersebut.

Dalam upaya untuk mempertahankan rumah induk tersebut ditengah arus perubahan jaman, memang tidaklah mudah. Rumah tua selalu membutuhkan perawatan extra yang tidak murah. Untuk itu, adik sepupu yang sekarang mendiami rumah tersebut, berupaya sekuat tenaga agar dapat mempertahankan rumah tersebut dan merawatnya sesuai pesan orang tuanya. Keramik-keramik kuno yang saya bicarakan tersebut antara lain adalah sebagaimana yang terlihat di samping tulisan ini.  (jakarta, 8 Juni 2012)










Rabu, 30 Mei 2012

Rumah Tanpa Tangga




"Rumah kita ini adalah rumah tanpa tangga. buat apa kita bersusah susah untuk diam di dalamnya!", Bayu mengeluh sambil menghembuskan nafasnya. Matanya menerawang jauh, memandang perbukitan di hadapannya, perbukitan Menoreh.

Sedangkan Asih yang duduk bersimpuh di batu hitam sebelah Bayu duduk, terdiam saja. Sebenarnya Asih ingin mengungkapkan pendapatnya tentang pernyataan Bayu tadi. Tapi dia justru mengunci mulutnya rapat rapat, mencegahnya untuk bersuara. Karena apapun yang dia katakan, dalam suasana seperti ini, tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan akan membuatnya semakin tambah runyam dan tak berujung henti.

"Coba kau lihat, pandang dia baik baik. Mana ada rumah yang seperti ini? Rumah yang tanpa tangga! Membuat kita harus bersusah payah dahulu untuk memasukinya, mengendap endap, kemudian menaiki tiangnya dengan perlahan, agar dapat memasuki pintu belakangnya. Bahkan, rumah kita ini tidak memiliki pintu depan!" Kembali Bayu berteriak kesal mengomentari rumah panggung kayu sederhana yang ada di belakangnya.

Asih tersenyum saja.Dia tahu bahwa badan Bayu telah lecet-lecet ketika akan masuk rumah mereka. Bahkan kepalanya pun telah beberapa kali terantuk pintu. Sangat gaduh teriakan Bayu setiap kali memasuki rumah mereka, mengeluhkan perjuangan yang harus dihadapinya, untuk menemui Asih, yang ada di dalam rumah mereka.Walaupun sebenarnya, perjuangan yang Bayu lakukan pun dialami oleh Asih. Karena tiang itu adalah satu-satunya media pembantu untuk memasuki rumah itu, dan pintu rumah memanglah dibuat sedemikian pendek, hingga bagi laki-laki jangkung seperti Bayu, resiko terantuk pintu sering harus diterimanya.

Rambut Asih yang panjang tertiup angin. Dia kembali tersenyum. Biarpun berkali kali selalu mengeluh, Bayu tidak pernah kapok untuk datang ke rumah mereka dan bertemu dengan Asih disana. Sedangkan Asih, selalu setia menunggu Bayu dengan mata rindunya.

Sebagai pencari ikan yang menebarkan jala di sungai-sungai di sekitar wilayah itu, Bayu bukanlah orang yang cukup kaya untuk membangun rumah gedong berbatu yang diimpikannya untuk Asih. Rumah tanpa tangga itu adalah gubug yang ditinggalkan orang yang merambah hutan menjadi kebun dan kebetulan dia lewati saat tertatih tidak mendapatkan ikan hari itu. Ternyata Tuhan Maha Pemurah, meski tidak mendapatkan ikan, dia mendapatkan rumah itu, untuk tempat tinggal Asih, istri yang dia nikahi dengan alam sebagai saksinya. Asih memang sudah tinggal sebatang kara. Dan menikah dengan Bayu, bagaimanapun jua,  merupakan cahaya lembut yang menerangi hatinya.

"Seharusnya kau bikinkan tangga saja kang, di belakang rumah kita ini. MUngkin kau bisa anyam, tali dari sulur pohon di hutan sana."saran Asih perlahan.

Bayu mengerti, sebenarnya membuat tangga tali itu tidaklah susah, atau dia bisa saja meminta tolong orang kampung untuk membuatkannya. Tapi Bayu selalu tidak berani menghadapi segala mata tanya, orang-orang di kampungnya. Toh  dia hanya pencari ikan yang papa, yang belum tentu mendapatkan cukup ikan untuk dijual, meski seharian kakinya telah terendam arus coklat sungai di selatan kampungnya itu.

Bertemu dengan Asih di rumah tanpa tangga itu merupakan suka citanya. Segala lagu dan tarian yang pernah dilihatnya di pesawat televisi tetangganya tidak pernah mampu menyaingi merdu lagu hatinya. Asih yang penuh kasih, yang tubuh mungilnya selalu terlihat ringkih mencari lindungannya. Asih yang membuatnya merasa seperkasa Bima dan setampan Arjuna. Asih pulalah yang terkadang membuatnya merasa sebijak Puntadewa. Sebagai lelaki, kesempurnaanya adalah ketika berhadapan dengan Asih. Asih yang memenuhi relung kasih di dalam dirinya.

"Hari ini kenapa suasana hatimu tidak sesenang biasanya kang?" lembut Asih berusaha mengorek keresahan Bayu yang meletup siang ini, ketika mereka saling bertemu.

Bayu tidak mampu mengelak, kekesalannya pada rumah tanpa tangga mereka adalah karena sebab lainnya, sebab yang tidak ada hubungannya dengan rumah itu sendiri.

"Bukankah dari dulu kamu sudah tahu, bahwa rumah  milik kita ini tidak pernah memiliki tangga. Dan kita tidak pernah mempermasalahkannya selama ini!" sambung Asih.

Asih teringat ketika kala itu Bayu membawanya ke rumah itu, dan mengatakannya bahwa rumah rumah tanpa tangga itulah mereka akan membina sebuah kasih sayang. Kasih sayang yang direstui oleh alam dan hati mereka.

Di depan rumah itu pulalah mereka membuat sebuah upacara pernikahan sederhana, sebuah janji untuk saling menyayangi dan menjaga seumur hidup. "Sama saja", kata Bayu waktu. "Justru pernikahan kita lebih agung, karena alam yang luas di punggung Bukit Menoreh inilah yang menjadi saksi kita!"

"Aku tadi bertemu dengan Pak Arief yang tinggal di perbatasan kampung. Rupanya dia sering memperhatikan aku yang melewati jalan kecil menuju rumah kita ini" cerita Bayu. "Dan hari ini dia mulai bertanya tanya padaku mengenai tujuanku. Aku sangat tidak suka, tapi aku juga takut kalau dia akan curiga dan menguntitku sampai ke rumah kita ini."

Asih tahu bahwa keberadaannya di rumah tanpa tangga ini adalah sebuah rahasia. Tidak bagus ceritanya apabila ada orang kampung yang kemudian menemukannya. Apalagi menemukan dia berduaan bersama Bayu.

"Mari kita pindah dari rumah ini saja Kang. Kita cari gubug lain di tengah hutan. Atau Kang Bayu bisa membawaku pergi ke tempat lain yang jauh. Tempat dimana orang-orangnya tidak mengenal kita berdua!"

Asih merasa  ngeri bila persembunyiannya ini ditemukan oleh orang di kampungnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Bayangan ruang penjara yang gelap serasa sudah di depan matanya.

Andaikan dia bisa memutar waktu kembali. Dia tidak ingin membiarkan Radit, anak ketua Kampungnya, mandi di tepi danau itu. Anak lincah dan berani itu memang tidak menggubris larangan Asih untuk jangan berenang ke tengah dan membuatnya kehilangan nyawanya.

Dalam kebingungan dan ketakutannya, Asih menemukan Bayu yang menolongnya melarikan diri dari penduduk kampung, dan menyembunyikannya di rumah tengah hutan ini.

Apabila ada penduduk kampung yang menemukan dia, berarti tamatlah sudah riwayat hidupnya di dunia ini. Asih sungguh menyesal bahwa kedamaiannya dalam kasih sayang dan perlindungan Bayu selama dua tahun ini, harus berakhir pada akhirnya.

"Sudahlah, kita pikirkan nanti saja. Sebaiknya hari ini aku kembali lagi saja ke kampung dan terpaksa tidak mengunjungimu dulu dlam waktu seminggu, untuk menghilangkan kecurigaan warga kampung!" Bayu membuat keputusan yang cukup mengejutkan Asih. Bagaimana dia dapat hidup seminggu tanpa melihat Bayu? Meski simpanan bahan makanan yang dibawa Bayu lebh dari cukup untuk menghidupinya lebih dari seminggu, tetapi seminggu tidak melihat kehadiran Bayu adalah sebuah siksaan yang tidak terperikannya.

Tapi sekali lagi, dia tidak ingin membantah keputusan pelindung  sekaligus suaminya tersebut. Dan membiarkan Bayu pergi meninggalkannya, kembali pada istri dan ketiga anaknya yang tinggal di kampung itu.

Sepeninggal Bayu, Asih merenungi nasibnya yang tidak pernah beruntung sejak dia dilahirkan. Ditinggal mati oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Dia tumbuh besar dengan menumpang hidup pada kepala kampung sambil membantunya mengasuh anak semata wayang mereka. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa mandi di danau yang sudah sering dilakukan oleh Radit sebelumnya, hari itu membuat Radit kehilangan nyawanya.

Ah, anak yang tampan, lucu dan pemberani itu....andaikan Radit dulu mematuhi larangannya! tapi smuanya telah menjadi bubur, anak itu telah dua tahun bersemayam di tanah. Meski seringkali, pada malam-malam hari, Asih masih sering menemuinya, lewat mimpi-mimpi berpeluhnya.

Sepeninggal Bayu, kembali rasa sepi menggerogoti Asih. Biasanya, rasa sepi itu dapat ditumpasnya dengan janji Bayu yang esok hari selalu mampir menengokinya, dengan mata rindunya, ketika dia mencari ikan di sungai selatan kampungnya itu. Dan rasa sepi seakan penuh dengan nyanyian harapan. Dan rasa sepi seakan penuh dengan bunga kebahagiaan.

Namun saat Bayu menyatakan akan meninggalkannya dalam waktu seminggu. Tiba-tiba saja hati Asih serasa berongga. Angin angin rindu dan kepedihan serta kecemasan  dan ketakutan serasa sangat bebas keluar masuk di hatinya. Dan rumah tanpa tangganya serasa sangat gelap, selaksana kotak hitam yang akan menguburnya.

Sehari tidak ditengok oleh Bayu, masih saja ada harapan di diri Asih, bahwa Bayu tidak akan sekuat itu tidak bertemu dengannya. Sepanjang hari, dipandanganinya belukar di sebelah timur rumahnya itu, sebagai pintu gerbang apabila Bayu datang. Namun belukar itu tidak gemerisik....tidak ada yang melewatinya, kecuali angin. Sampai malam menjelang, Asih hanya menatapnya dengan kecewa. Rupanya Bayu memang tidak datang hari ini.

Ketika fajar menyingsing di pagi hari, lagi-lagi harapanpun terbit di hati Asih, bahwa Bayu akan mengunjunginya hari ini.

Sayangnya harapan-harapan Asih hanyalah harapan kosong belaka. Tidak ada Bayu yang datang. Bahkan ketika waktu seminggu yang dijanjikannya telah habis, Bayu tetap saja tidak datang unutk menjenguk Asih.

Kepedihan dan tangisan saat ini benar benar merupakan teman tersetia Asih. Rasanya gairan hidupnyapun telah hilanng entah kemana. Buat apa bertahan hidup di rumah persembunyian ini, apabila nafas dan cahaya kehiduipan yang selama ini setiap hari menyinarinya, telah tidak lagi datang menjenguknya.

Sementara Asih tidak pernah berani kembali ke kampung itu, untuk mencari Bayu. Karena kesedihan yang dialami kepala kampung karena kehilangan anaknya, masih selalu mengancamnya dengan jeruji penjara.

Seminggu, mencapai genap sebulan. Entah berapa ribu kali sudah tiang yang berfungsi sebagai tangga itu dia naiki dan turuni. Dada, kaki dan tangannya sudah tebal sehingga dia dapat dengan lincah turun naik tanpa lagi mengalami parut luka. Kadang Asih berjalan sampai ke perbatasan hutan, untuk menjemput Bayu datang. Tetapi, selalu dia kembali dengan kecewa. Tidak ada suara berat Bayu yang memanggilnya dengan penuh kasih sayang.

-------------------

Bayu meresak ke tengah-tengah orang yang berkumpul di warung kopi pagi itu. Tampaknya penduduk kampung tengah hutan yang sunyi ini terasa sangat riuh dengan banyaknnya oranng yang membicarakan hal yang sama, tentang tertangkapnya Asih oleh penduduk kampung, saat bersembunyi di jalan kampung mereka yang berbatasan dengan hutan. Mereka menceritakan bahwa Asih telah digelandang ke Balai Kampung dan ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dua tahun yang  lalu, atas kelalaiannya yang menyebabkan meninggalnya anak kepala  kmpung mereka.

Hanya Bayu yang tahu kepada Asih tiba-tiba bisa berada di pinggir kampung setelah dua tahun menghilang ditelan bumi, saat dia menengok rumah tanpa tangga mereka yang telah tinggal arang belaka.  (Cikini, 30 Mei 2012)