Selasa, 26 Maret 2013

HARI INI, 39 TAHUN YANG LALU

Hari ini 39 tahun yang lalu, aku bayangkan  perut ibuku sudah mulai mulas. Sambil mengelus-elus perutnya yang membesar di usia tua kehamilannya, ibuku bilang pada bapakku bahwa perutnya sudah mulai mulas. Sore itu, Ibu dan bapakku kemudian memanggil becak tetangga untuk mengantarkan mereka ke rumah bersalin terdekat (orang menyebutnya sebagai "palang merah") yang berjarak 5 km dari rumahku.

Aku bisa bayangkan kegugupan orang tuaku, karena ini adalah anak pertama mereka, yang mulai meronta ingin melihat dunia ini. Ibuku yang waktu itu belum juga genap berusia 20 tahun, merasa bahagia sekaligus cemas, karena akan melahirkan anak pertamanya yang ditunggu-tunggu, buah hati perkawinan mereka. Berjuta harapan memenuhi hati kedua orang tuaku, diiringi doa, smoga jabang bayi yang lahir nanti dalam keadaan sehat walafiat tak kurang suatu apa dan  menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.

Dalam kamarnya, ibuku berbaring sambil  mengelus elus perutnya yang mulas.Sementara bapakku mondar mandir di luar kamar, sambil menyedot rokok kretek kesukaannya. Pada malam hari, dengan dibantu oleh bidan di palang merah itu, ibuku berhasil melahirkan seorang bayi perempuan berambut ikal bermata besar dengan berat 2.5 kg.

Kelegaan dan kebahagiaan mewarnai keluarga kecil mereka, yang malam itu telah sempurna dengan kehadiran seorang bayi mungil diantara mereka. Bayi yang menjadi tumpahan kasih sayang, bayi yang menjadi harapan. Bayi buah hati mereka.

Kini, 39 tahun kemudian, aku disini, mengenang perjuangan mereka. Merasakan kasih sayang mereka yang telah membesarkanku dan mengalirkan darahku. Aku berdoa semoga Allah SWT menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangiku semenjak kecil. Amin amin amin ya rabbal alamin. Alfatihah. (Jakarta, 27 Maret 2013)


Senin, 18 Maret 2013

White Big Bear

Hug me, Hug me...
My White Big Bear
So warm, so warm..
Protect me from the hostile world outside

Your skin
your fur
your blanket
mine,


Roaring, spread your claws
beat the air, beat the enemy
and I am here
surrender to your giant body

For I am safe, now
in your embrace
(Jakarta, 18 March 2013)

Minggu, 10 Maret 2013

ISTILAH UKURAN LUAS TANAH TRADISIONAL

Setiap daerah pasti mempunyai penyebutan ukuran luas tanah secara tradisional yang berbeda-beda. Di daerah asalku di Kendal - Jawa Tengah, masyarakat tidak menyebut luas tanah, khususnya tanah sawah dengan ukuran hektar atau meter sesuai dengan yang berlaku secara nasional. Tetapi mereka mempunyai istilah tertentu yang dipahami dan dimengerti oleh masyarakat di wilayah tersebut, meskipun mungkin bagi masyarakat dari daerah lain akan cukup membingungkan. 

Oleh sebab itu, saya ingin membagi pengetahuan ini, yang dicatatkan oleh bapak saya, karena saya sering bertanya dan tidak juga paham-paham. Ukuran-ukuran tersebut adalah sebagai berikut:

1 HEKTAR      =     1,4 BAU    =   700  RU   =  10.000 M2

1 BAU              =     500 RU     =   7.140 M2  =   2 LUPIT

1 LUPIT           =     250  RU    =   3.570 M2   =   2 IRING

1 IRING           =     125 RU      =  1.785 M2    =   2 PARON

1 PARON         =     62,5 RU     =   892,5 M2   =   2 PROWOLON

1 PROWOLON=     31,25 RU   =   446,25 M2

1 RU                 =     1 BATA       = 14,28 M2 (14 M2)


Semoga bermanfaat. (11-3-2013)



Rabu, 06 Maret 2013

DI DEPAN CERMIN






Pagi ini aku bersemadi di hadapanmu,
Batangmu yang hanya sekepala, sebadan, atau seluruh diriku kau telan

Kemana larinya diriku yang dulu
Kemana larinya tirus pipiku
Kemana perginya bening mataku, manis senyumku, indahnya gigiku

Didepan cermin banyak orang mengutuk kutuk
Mencari dan mengingkari sebuah kenyataan diri

Masa-masa emas telah pergi, masa-masa itu telah menggelembung, tak lagi langsing
Bertanya tak usah
Laskar dirimu masih sama
Lihat hatimu adakah masih sama

Hatimu sayang, hatimu... biarkan dia tambah kaya, biarkan dia tambah berdaya
Tak usah dipikirkan cermin itu berkata apa

Inilah cerita sang waktu... semua telah terlewati
Semua telah kau alami, meninggalkan diri dengan ceritanya

Aku telah melewati bilangan itu
Waktuku, hidupku, jejaknya tertera di cermin
Mereka tak bohong sayanng, itulah kamu sekarang
Waktu yang bercerita di hadapan cermin
Kau adalah kau
Jiwamu tetap bersamamu,

Senyummu semakin mempesona
Kilat matamu menyinarkan daya
Kau tak sama dengan mereka, kau adalah istimewa
Cermin itu berkata sama, setiap kerutan yang menampakkan ujudnya
Hanyalah jejak  waktu yang telah dibatu

Menarik menarik, biarkan cermin berkata-kata
Jiwamu akan bercerita mengenai mimpi-mimpi dan hari hari yang telah kau lewati

tak akan sama, tak akan sama

pagi 19/11/08



GELAGAR LAHAR




Bagai lahar yang menggelegar
Leherku memerah berbara bara

Sudah hampir sebulan, kataku….
Dokter pun kusambangi, pun herbalis, pun mekanik

Mungkin harus menunggu seratus hari, ada yang bilang...
Aaah, betapa lelah malam-malamku bertarung dengan kuasa sang lahar
Panas menggelora, geli menggelitik
Gelinjang perut, memuntahkan lumpur setiap saat..
Maafkan aku, wahai lingkungan,,,,,
Lahar ini tak bisa kutahan

Menggelegak menggegak
Tumbal segala cairan, segala butiran, segala borehan telah diserahkan

Mungkin harus menunggu seratus hari katanya...

Aduh aduh aduh, merontak, sang penunggu leher
Tak mau! tak mayu! tak mau!,

Kenapa harus selama itu aku  menderita..., menyerah pada kehendak sang alam badan

Sudahlah,  sudahlah, berserah saja..., tak usah bertanya kenapa...
Hanya bagian dari siklus alam badan.... sesuatu yang biasa

Berserah saja pada alam badan, turuti maunya...
Biarkan lahar menggelegak, biarkan lumpur memuntah, biarkan ....

Turuti maunya alam badan

Tak usah bertanya, tak usah terlalu dipikirkan...

Suatu saat dia akan pergi juga,
Lingkungan sudah memaafkan, badanku sudah memaafkan

Biarkan lahar menggelegar.... tetap  berusaha, tak usah bertanya

19/11/2008







ORANG-ORANG DI TANAH ABANG



Perut ini masih sama kosong
Langkah ini mungkin melambat
Tapi api kulihat di tanah abang
Orang yang bersemangat dan berpeluh
Berjuang bersenggolan, menyibak jalannya

Ditangannya berbuntel2 kain warna warna
Sekotak sarung mungkin ada juga
Meski peluh bercucuran

“Awas! Awas! Awas!, air panas mau lewat”
Kuli angkutpun bermandikan api
Pengharapan, sebuah puncak kejayaan

Berkarung uang akan kudapat sampai sore merah nanti
Menghitung laba yang sudah terbayang dimata
Setahun dalam bara
Sebulan ini dilalap api.......

Aaah orang berjualan es buah benar menggoda selera
Ibu ibu melirik penuh minat, peluh bercucuran, kerongkongan kering menawar
Aaah godaaan, teringat tabungan setahun yang sebentar lagi akan disetor pada
Tanah Abang

7/9/08

TEMBANG TEGUH





Ketika aku menyusut,
Merengut bagai kain yang kusut
Dalam angan penuh tanya
Kenapa bintangku tak jua datang
Matahari entah kemana

Slalu kedendangkan tembang teguh
Kusebut namaMu, kusebut namaMu
Dalam yakin aku berserah
Dalam tanya, slalu kuingat namaMu
KuasaMu seluas lautan tak berbatas
Yang hanya segenang kecil air  tanahmu yang maha luas

Dendangku, mohonkan berirama
Dendangku melipur lara
Dendangku menyusun kawat2 beton
Meripuh dalam susunan waktu
Membangun dinding yakin

Yang kuharapkan hanya ridhoMu
Yang kuinginkan hanya surgaMu
7/9/08


KETIKA KUDISENTUH



Ketika tanganku disentuh….
Oleh sapaan dan ciuman kecil…
Merana dada tersiram bahagia
Betapa sangat sederhana
Keajaiban sebuah sentuhan...
Bocah2 berkerudung ceria
Memanggil-manggil nama...
Aku bahagia

6 /9/08



Selasa, 05 Maret 2013

TEA WALK DI GUNUNG MAS TEA ESTATE, PUNCAK-BOGOR

Di akhir tahun 2010 lalu, saya dan teman-teman kantor pergi ke Gunung Mas Tea Estate di Puncak, Bogor. Jalan-Jalan diantara kebun teh atau yang lebih keren disebut tea walk merupakan pilihan kami untuk menjalin dan memperkuat  keakraban dan kekompakan kami. Jadi akhir tahun merupakan saat yang tepat untuk pergi bareng-bareng karena biasanya aktifitas kantor sudah mulai agak berkurang menjelang penutupan tahun.

Sore setelah pulang kantor, kami naik ke puncak, bogor, dengan tujuan salah satu penginapan disana. Sebagai makan malam, bapak-bapak mengusulkan agar kita bisa mencicipi sate kambing kadir 1 yang konon sudah terkenal enak. Setelah istirahat malam, pagi-pagi  kita bergerak ke Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor. Di lokasi tersebut, pertama-tama rombongan diharuskan untuk melapor ke kantor perkebunan dan membeli tiket terlebih dahulu. Setiap tiket, kita mendapatkan bonus 1 bungkus teh hasil perkebunan tersebut. Betul juga, kita berkunjung ke kebun teh, sebaiknya kita mencicipi teh hasil perkebunan tersebut.

Pihak Perkebunan teh sudah menyediakan pemandu kepada setiap rombongan yang berniat untuk tea walk. Traif untuk pemandu tersebut tergolong murah, saya lupa tepatnya, tetapi dibawah  Rp. 50.000. Ada 3 pilihan rute untuk tea walk, rute pendek, sedang maupun panjang. Rute pendek menempuh rute 4 km, rute sedang 6 km dan rute panjang 12 km. Kita memilih rute pendek saja karena setelah tea walk tersebut, masih terdapat acara lain.



Kontur perkebunan teh yang naik turun merupakan sebuha tantangan tersendiri bagi kami yang tidak terlalu terbiasa dengan kondisi tersebut. Tetapi semua kelelahan terbayar dengan kesegaran udara,pemandangan hijaunya kebuh teh dan alam pegunungan. Sepanjang jalan, bapak pemandu menjelaskan kepada kita mengenai sejarah perkebunan, jenis-jenis pohon teh dan produk olahan teh maupun proses pengolahan daun teh dari pemetikan sampai hasil jadi. Salah satu produk Perkebunan teh Gunung Mas merupakan teh dengan Merek WALINI. Teh tersebut dikemas dalam berbagai varian, seperti teh hijau, teh rasa jahe dll. Sebagai oleh-oleh, jangan lupa untuk membeli salah satu produk kebanggan  Indonesia tersebut. Perkebunan teh tersebut juga menyediakan berbagai fasilitas selain untuk tea walk, terdapat juga fasilitas untuk camping, berkuda, kolam renang dan lokasi rekreasi. Di komplek perkebunan teh tersebut juga terdapat cafe yang menyediakan teh dan makanan kecil lainnya yang enak bila dinikmati hangat-hangat. Keindahan dan kesegaran kebun teh merupakan alternatif wisata yang patut dicoba dan dinikmati bersama keluarga.