Luka hati seorang bidadari,
Yang telah meruntuhkan sayap-sayapnya
untuk mandi di kilau pelangi
demi seorang manusia bumi
Tangis si Nawang Sasi, ketika melihat bulan purnama
ketika rindu
tak juga dapat menumbuhkan sayapnya
untuk menyusul sang bunda
ke atas awan biru
luka hati itu,
ketika hari hari penuh peluh
tlah menghapuskan kesaktiannya
menjadi makluk belaka
dan, waktu tlah kembali mempertemukannya dengan selendangnya
mengembalikan sayapnya
ke tanah para dewa
luka hati sang bidadari
takkan membawanya kembali
ke bumi
(Jakarta, 10 Juli 2013)
LUNGLAI
Tak apa apa..
Meski tulang tulangku telah tercerabut satu demi satu
Meski kakiku tak dapat berdiri tegak
Hanya melata belaka,
Tak apa-apa
Meski dukaku ini milikku
bagai daun tak berbunga tak berbuah
hidup berdiri menentang indahnya pelangi
(Jakarta, 10 Juli 2013)
Yang telah meruntuhkan sayap-sayapnya
untuk mandi di kilau pelangi
demi seorang manusia bumi
Tangis si Nawang Sasi, ketika melihat bulan purnama
ketika rindu
tak juga dapat menumbuhkan sayapnya
untuk menyusul sang bunda
ke atas awan biru
luka hati itu,
ketika hari hari penuh peluh
tlah menghapuskan kesaktiannya
menjadi makluk belaka
dan, waktu tlah kembali mempertemukannya dengan selendangnya
mengembalikan sayapnya
ke tanah para dewa
luka hati sang bidadari
takkan membawanya kembali
ke bumi
(Jakarta, 10 Juli 2013)
LUNGLAI
Tak apa apa..
Meski tulang tulangku telah tercerabut satu demi satu
Meski kakiku tak dapat berdiri tegak
Hanya melata belaka,
Tak apa-apa
Meski dukaku ini milikku
bagai daun tak berbunga tak berbuah
hidup berdiri menentang indahnya pelangi
(Jakarta, 10 Juli 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar