Rabu, 31 Oktober 2012

Busway Oh Busway

Sebagai pengguna angkutan umum, busway merupakan jenis angkutan yang menjadi pilihan saya ketika harus pulang pergi ke kantor. Biasanya saya menggunakan busway dari terminal Pulogadung turun di  halte Monumen Nasional. Kalau saya sedang beruntung, saya bisa mendapatkan busway yang jurusan Pulogadung-Bundaran Senayan. Dengan naik busway jurusan ini, saya tinggal duduk manis dari Pulogadung sampai tujuan saya di seputaran Monas. Namun sayangnya, busway jurusan ini konon hanya berjumlah 6 (enam) ekor saja. Sehingga, saya sering kehabisan busway edisi terbatas ini dan harus naik busway jurusan Harmoni. Kalau naik busway jurusan harmoni, saya harus turun di halte harmoni dan antri kembali untuk mendapatkan busway jurusan KOta-Blok M yang melewati halte Monas. Sebenarnya halte MOnas adalah halte setelah halte Harmoni, jadi cukup dekat. Namun mengingat banyaknya orang yang kerja di kantor-kantor sepanjang jalan Thanmrin dan Sudirman, maka mau tidak mau...saya harus antri menunggu lumayan panjang untuk mendapatkan busway rute ini. Untunglah rute Blok M-Kota merupakan rute pioneer yang selain banyak peminat, juga dilayani oleh armada yang cukup banyak, sehingga walaupun antrain panjang, kita tidak harus menunggu lama.
Kembali ke busway yang berangkat dari terminal Pulogadung, dimana setiap hari saya naiki. JUmlah Busway jurusan Bundaran Senayan yang hanya 6 ekor itu berangkat dari terminal Pulo Gadung pada range jam 7-8 pagi. Namun tepatnya jam berapa saja mereka jalan, tidak ada waktu yang pasti. Saya pernah sampai terminal sebelum jam 7 pagi, namun busway jurusan Bunsen (Bundaran Senayan) pertama nonggpl pukul 7.30 pagi. Saya juga pernah sampai treminal jam 7.30 pagi, eeh..katanya busway Bunsen sudah jalan semua, habis. Tapi saya juga pernah datang pukul 7.45 namun masih beruntung mendapatkan busway Bunsen terakhir, alhamdulillah.

Saya kadang iseng memperhatikan bahwa penumpang busway pada pagi hari  itu ternyata berbeda penampilannya pada jam pemberangkatan yang berbeda. Pukul 7-8 pagi didominasi oleh mbak mbak para pekerja kantoran yang kebanyakan beraktifitas di sekitar Sudirman Thamrin. So...baju rapi cenderung modis, wangi dan cantik memenuhi busway jam tersebut. Namun apabila waktu sudah menunjukkan pukul 8 ke atas, penumpang busway dari Pulogadung mulai dinaiki oleh para pekerja sektor informal dengan penampilan yang tentu berbeda dengan range waktu sebelumnya, meski pada saat itu masih ada saja pekerja kantoran, namun tidak terlalu banyak, karena waktu yang sudah siang.

Busway Pulogadung memiliki beberapa pramudi(sopir) perempuan. Saya
mengagumi para mbak-mbak yang memilih profesi ini. Mereka adalah wanita yang beraktifitas di profesi yang  biasanya menjadi domain para lelaki. Wanita cantik yang membawa bus besar berisikan puluhan nyawa manusia dengan baik dan selamat, menurut saya adalah "sangat sexy".

Space khusus untuk perempuan di separo badan bus bagian depan merupakan salah satu alasan mengapa banyak wanita menjatuhkan pilihan favorit kepada busway dalam menuju tempat aktifitasnya. Rasa aman merupakan faktor penting bagi wanita pengguna transportasi umum. Tentu saja, meskipun harus berdesakan berdiri, para wanita tidak terlalu kawatir adanya copet mengincar bawaanya atau adanya para pengamen yang separo mengancam sebagaimana di bus angkutan umum lainnya.

Namun, cerita indah mengenai busway akan berubah total saat saya pulang kantor di sore hari. Dengan tubuh capai setelah  seharian bekerja di kantor, saya harus antri lumayan lama di halte Monas menunggu busway yang akan mengantar saya ke Pulogadung. Sekmen penumpang yang tercampur di sore hari membuat antrian busway yang cukup panjang menyesaki halte Monas. Kadang saya harus berdiri berdesakan sekitar 1(satu) jam untuk menunggu busway. Biasanya busway yang mencapai halte monas selalu dalma kondisi sudah penuh sesak, sehingga hanya dapat mengangkut dua atau tiga orang penumpang tambahan saja. 

Kami terkadang iri dengan penumpang di sebelah yang menuju blok M. Busway ke Blok M lebih banyak 7x lipat dibanding Pulogadung. 7x busway jurusan Blok M datang, hanya sekali busway Pulogadung lewat, itupun dengan kondisi sudah penuh sesak. So...andaikan bisa terbawa masuk, biasanya kami harus bersiap untuk menambah jam berdiri dan berdesakan kami lagi. Kalau saya beruntung, saya kadang bisa dqapat tempat duduk satu halte sebelum pulogadung. Kalau tidak beruntung ya..berdiri sepanjang jalan sampai Pulogadung.

Kadang saya merasa bahwa faktor keberuntungan saya hari itu berkaitan erat dengan busway. Kadang saya merasa sangat gembira karena beruntung mendapatkan busway saat saya baru tiba di terminal pulogadung, apalagi kalau dapat tempat duduk. Namun kadang saya juga harus rela untuk menunggu lebih dari 30 menit untuk menunggu busway datang.

Namun apapun cerita saya mengenai busway, saya memang tidak mempunyai pilihan lain selain menerimanya, karena busway adalah moda transportasi umum yang murah dan aman yang akan membawa saya ke tempat tujuan saya.  Cerita saya adalah cerita yang sama dengan ribuan pengguna busway lainnya. Saya hanya berharap bahwa manajemen Trans Jakarta dapat meningkatkan pelayanannya kepada para penumpang. Khususnya adalah menambah jumlah armada yang beroperasi pada jam-jam sibuk orang pulang kantor di sore hari. Sehingga penumpang yang kebanyakan harus mengambil angkutan lain sebelum sampai rumah, dapat segera bertemu dengan keluarganya kembali dengan aman dan selamat. (cakung, 1 nopember 2012)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar