Bagai lahar yang menggelegar
Leherku memerah berbara bara
Sudah hampir sebulan, kataku….
Dokter pun kusambangi, pun herbalis, pun
mekanik
Mungkin harus menunggu seratus hari, ada
yang bilang...
Aaah, betapa
lelah malam-malamku bertarung dengan kuasa sang lahar
Panas menggelora,
geli menggelitik
Gelinjang perut,
memuntahkan lumpur setiap saat..
Maafkan aku,
wahai lingkungan,,,,,
Lahar ini tak
bisa kutahan
Menggelegak
menggegak
Tumbal segala
cairan, segala butiran, segala borehan telah diserahkan
Mungkin harus
menunggu seratus hari katanya...
Aduh aduh aduh,
merontak, sang penunggu leher
Tak mau! tak mayu!
tak mau!,
Kenapa harus
selama itu aku menderita..., menyerah
pada kehendak sang alam badan
Sudahlah, sudahlah, berserah saja..., tak usah bertanya
kenapa...
Hanya bagian dari
siklus alam badan.... sesuatu yang biasa
Berserah saja
pada alam badan, turuti maunya...
Biarkan lahar
menggelegak, biarkan lumpur memuntah, biarkan ....
Turuti maunya
alam badan
Tak usah
bertanya, tak usah terlalu dipikirkan...
Suatu saat dia
akan pergi juga,
Lingkungan sudah
memaafkan, badanku sudah memaafkan
Biarkan lahar
menggelegar.... tetap berusaha, tak usah
bertanya
19/11/2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar