Rabu, 06 Maret 2013

GELAGAR LAHAR




Bagai lahar yang menggelegar
Leherku memerah berbara bara

Sudah hampir sebulan, kataku….
Dokter pun kusambangi, pun herbalis, pun mekanik

Mungkin harus menunggu seratus hari, ada yang bilang...
Aaah, betapa lelah malam-malamku bertarung dengan kuasa sang lahar
Panas menggelora, geli menggelitik
Gelinjang perut, memuntahkan lumpur setiap saat..
Maafkan aku, wahai lingkungan,,,,,
Lahar ini tak bisa kutahan

Menggelegak menggegak
Tumbal segala cairan, segala butiran, segala borehan telah diserahkan

Mungkin harus menunggu seratus hari katanya...

Aduh aduh aduh, merontak, sang penunggu leher
Tak mau! tak mayu! tak mau!,

Kenapa harus selama itu aku  menderita..., menyerah pada kehendak sang alam badan

Sudahlah,  sudahlah, berserah saja..., tak usah bertanya kenapa...
Hanya bagian dari siklus alam badan.... sesuatu yang biasa

Berserah saja pada alam badan, turuti maunya...
Biarkan lahar menggelegak, biarkan lumpur memuntah, biarkan ....

Turuti maunya alam badan

Tak usah bertanya, tak usah terlalu dipikirkan...

Suatu saat dia akan pergi juga,
Lingkungan sudah memaafkan, badanku sudah memaafkan

Biarkan lahar menggelegar.... tetap  berusaha, tak usah bertanya

19/11/2008







Tidak ada komentar:

Posting Komentar