|
Tampak luar gedung Museum Kebangkitan Nasional Indonesia |
Bagi yang belum tahu, Museum Kebangkitan Nasional terletak di Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26 Jakarta Pusat atau tepatnya di sebelahnya Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Dari arah Pasar Senen menuju Jalan Prapatan, lewat di depan Rumah Sakit Gatot Subroto, Museum ini terletak di sebelah kanan jalan.
Sepintas museum tersebut terlihat hanyalah sebagai bangunan kuno saja, namun tahukah anda bahwa bibit bibit pergerakan Indonesia pernah tumbuh subur di tempat tersebut.Gedung tersebut dahulunya merupakan gedung STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Dokter Bumi Putra yang diresmikan pada tahun 1902. Selain sebagai sekolah untuk menghasilkan dokter-dokter pribumi yang cakap dengan masa pendidikan 9 tahun beserta asramanya, gedung tersebut juga pernah menjadi sekolah apoteker, fakultas kedokteran Universitas Indonesia, penampungan tawanan Jepang, penampungan keluarga Batalyon V, sebelum akhirnya dipugar dan diresmikan menjadi Gedung Kebangkitan Nasional oleh Presiden Suharto pada tanggal 20 Mei 1974.
Apabila berkunjung ke Museum bersejarah ini, kita hanya diminta membayar karcis Rp. 2.000 (dua ribu rupiah) bagi umum dan Rp. 1.000 (seribu rupiah) bagi pelajar. Tiket tersebut teramat sangat murah dibandingkan dengan pengetahuan yang kita dapatkan. Museum dibagi dalam 2 bagian yaitu masa-masa sebelum kebangkitan nasional (sebelah kiri) dan Barang-barang peninggalan ex Stovia beserta asrama mahasiswa STOVIA di sebelah kanan.
|
Diorama yang menggambarkan suasana pembelajaran STOVIA |
Di Museum tersebut terdapat pula diorama yang menggambarkan suasana pembelajaran saat itu, khususnya di kelas terbuka yang terletak di teras sekolah. Terdapat pula diorama mengenai sekolah yang dibuka oleh RA. Kartini sebagai salah satu inisiator kebangkitan nasional Indonesia. Selain itu terdapat pula foto-foto dan penjelasan mengenai sejarah dan organisasi pergerakan nasional yang ada di Indonesia, khususnya Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Syarekat Islam, Indische Partij dan Muhammadiyah. Dengan membaca keterangan yang terdapat dalam foto-foto, diharapkan pengunjung mendapatkan gambaran mengenai kebangkitan nasional di Indonesia pada masa tersebut.
Selanjutnya pada sisi sebelah kanan, terdapat 4 ruangan yang diberi nama Stovia I-IV yang berisi sejarah pengobatan dan kedokteran di Indonesia serta alat-alat yang dipergunakan pada masa tersebut untuk menunjang pembelajaran para Dokter Jawa waktu itu. Anda dapat menjumpai alat-alat yang dipergunakan oleh dokter gigi pada masa itu, alat-alat sunat, alat bantu pernapasan, mikroskop, alat ronsen dan alat pemecah kepala! dll.
|
Mesin pemecah kepala itu |
Pada awalnya saya tidak percaya membaca penjelasan pada alat tersebut, saya pikir seharusnya kelapa, bukan kepala. Namun setelah kembali saya baca, memang itu adalah alat pemecah kepala. Tentu saja fungsi alat tersebut bukan dalam rangka mendukung kanibalisme, namun lebih kepada pendukung pelajaran, khususnya guna mempelajari otak dan kepala manusia yang tentunya sangat diperlukan oleh para calon dokter.
|
Suasana asrama mahasiswa STOVIA |
Di sisi kanan dari komplek bangunan tersebut, terletaklah asrama bagi para calon dokter yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia. Asrama yang berupa barak terbuka panjang yang didalamnya diletakkan ranjang-ranjang besi dan almari -almari bagi masing-masing siswa, menjadi kawah penggodokan ide-ide kebangkitan nasional Indonesia kala itu. Interaksi yang intens dari para siswa yang tinggal di asrama dan sekolah yang sama tersebut menjadikan berbagai diskusi mengenai pergerakan kebangkitan nasional timbul.
|
Diorama kegiatan diskusi mahasiswa STOVIA di asrama |
Di bangunan yang sampai sekarang masih terawat dan terjaga tersebut, kita bisa membayangkan pada jaman dahulu bagaimana para siswa pemuda menuntut ilmu dan mengolah rasa kebangsaan. Museum yang merupakan tempat yang bagus untuk belajar dan melihat langsung peninggalan-peninggalan perjuangan kebangkitan bangsa tersebut, sayangnya tidak begitu menarik banyak masyarakat untuk mengunjunginya. Nilai-nilai kebangkitan bangsa yang ingin dijaga dan dipertahankan melalui museum tersebut, jangan sampai menjadi ruang lengang yang dilupakan oleh generasi penerus bangsa Indonesia tercinta ini. (Salemba, 22 Agustus 2014)
|
Foto para pendiri Budi Utomo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar